Nanti, Aku Akan Pamit
Aku suka senja dengan damai tanpa dalih. Aku suka senja yang acap kali menyapa pergantian hariku. Senja yang seperti itu, tentu aku menyukainya. Lantas, mengapa senja harus punya makna lain untuk orang-orang yang tengah bersedih? Pernahkah senja izin untuk datang? Pernahkan ia izin untuk pergi? Aku telah belajar mengartikan hal lain dari senja yang datang dan pergi tanpa izin, ia mengajarkanku bahwa apa yang tak sempat diucap adalah kiasan dari kata pamit. Ada kalanya untuk suatu perpisahan, kata pamit terasa pantang untuk diucap. Sebab hati masih mengharap pertemuan-pertemuan lain atau hati tau bahwa kita terlalu payah untuk bercengkrama dengan realita atas kata pamit. Tetap saja, hal itu tak membenarkan orang-orang yang melewatkan pamitnya. Sebab yang sedang menunggu akan terus menunggu sampai kata pamit terdengar. Aku telah melewati puluhan purnama untuk melawan perasaan yang selalu membuatku bimbang di persimpangan-persimpangan dalam perjalananku. Dan kau membawaku lagi ke persimpa